Kamis, 26/06/2008 09:12 WIB
Bisnis Seks di Aceh
Bukan Wanita Komersial Biasa
Deden Gunawan - detikNews
Banda Aceh - Hampir setiap jam telepon genggam Sherly berdering. Bahkan saat malam tiba semakin sering saja, hingga hitungan menit, ada saja orang yang menghubunginya.
"Biasanya yang telepon para pelanggan yang minta dicarikan teman berkencan," jelas Sherly saat berbincang dengan detikcom di sebuah kedai di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
Sherly adalah seorang waria yang sehari-hari berkerja di salah satu salon di wilayah Peunayong, Banda Aceh. Rupanya, selain ahli menata rambut dan merias wajah, Sherly punya kerjaan sampingan sebagai mucikari. Ia mengurusi setidaknya 26 wanita dari berbagai lapisan, ada pelajar, mahasiswi, maupun ibu rumah tangga yang bisa diajak berkencan.
Sambil berpromosi, Sherly kemudian memberikan telepon genggamnya yang berisi foto-foto wanita 'binaan'-nya. Omongan Sherly ternyata bukan isapan jempol belaka. Ketika detikcom membuka-buka folder foto yang ada di selulernya, terlihat foto-foto wanita cantik dengan pose yang beragam. Rata-rata usianya di bawah 30-an. Bahkan ada juga seorang gadis muda yang mengenakan seragam SMU.
Menurutnya, untuk gadis yang satu ini agak spesial karena banyak peminatnya. Tak heran bila ingin berkencan dengan gadis yang diakuinya masih duduk di kelas 1 SMU itu, pelanggan harus memesannya jauh-jauh hari.
Paling tidak, kata Sherly, pelanggan harus memesan tiga hari sebelum waktu berkencan. Harga yang ditawarkan Sherly untuk gadis SMU ini juga agak spesial, yakni Rp 1 juta untuk sekali kencan. Bila ingin membooking semalaman harganya lebih tinggi lagi tentunya.
Gadis-gadis 'binaan' Sherly umumnya memang spesial. Mereka tidak seperti pekerja seks komersial (PSK) biasa karena tidak setiap waktu pria hidung belang bisa berkencan dengan wanita-wanita tersebut. "Mereka mau melayani pelanggan jika memang butuh uang. Kalau tidak butuh atau sedang tidak ada waktu mereka bisa menolak diajak kencan," jelas Sherly.
Perkataan Sherly itu dibenarkan Monik, sebut saja namanya demikian, salah seorang PSK 'binaan' Sherly yang saat ini masih tercatat sebagai mahasiswi semester VI di sebuah universitas di Banda Aceh. Kata Monik, ia hanya mau melayani kencan kalau memang sedang butuh uang. "Kalau ada uang buat apalah layani kencan," katanya dengan logat Aceh yang kental.
Monik bercerita, ia terpaksa nyambi sebagai wanita panggilan untuk menutupi biaya kuliah maupun biaya hidup. Soalnya gadis asal Lhokseumawe ini hidup mandiri di Banda Aceh. Ia kos di wilayah Darussalam. Sebenarnya, kata Monik, orang tuanya rutin mengirimkan uang untuk biaya kuliah, sewa kamar kos, makan, dan lain-lain. Tapi bagi Monik uang yang dikirim tersebut dianggap belum cukup.
Soalnya, kata Monik, untuk menutupi ongkos gaulnya sangat tinggi. Setidaknya hampir setiap malam ia kumpul-kumpul bersama teman-teman di kafe atau kedai-kedai yang tersebar di Banda Aceh. "Belum untuk beli pakaian dan pulsa Bang," imbuh gadis berusia 22 tahun tersebut saat ditemui detikcom di lounge Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Nah, ketika ia sedang rebonding di sebuah salon di wilayah Peunayong, ia membicarakan hal itu kepada Sherly yang sedang merawat rambutnya itu. Di tengah pembicaraan, Sherly kemudian melontarkan sebuah gagasan, yakni menyarankan agar Monik mendekati pria berduit. "Hanya untuk iseng-iseng saja," ujar Monik menirukan ucapan Sherly waktu itu.
Awalnya ia menganggap obrolan itu sambil lalu belaka. Tapi beberapa hari setelah pertemuan dengan Sherly, Monik ternyata menimbang-nimbang usulan itu. Seminggu berselang, ia malah datang lagi ke salon tempat Sherly bekerja, untuk menanyakan usulan Sherly waktu itu.
Sherly yang sudah enam tahun berprofesi sebagai mucikari tentu tidak merasa kesulitan. Ia banyak mengenal sejumlah pria dari beragam kalangan di Banda Aceh. Buktinya, tidak berapa lama ia menghubungi beberapa nomer telepon, Monik sudah dapat pelanggan. Monik yang mengaku sudah kehilangan kegadisannya oleh teman sekampusnya kemudian diminta datang ke Hotel Sultan. Di hotel itulah Monik melakukan hubungan intim dengan pria selain pacarnya.
Menutupi Biaya Hidup Tinggi
Kisah Monik hampir serupa dengan para wanita yang jadi 'binaan' Sherly. Mereka umumnya memilih melayani pria hidung belang dengan dalih menutupi biaya hidup yang tinggi di Banda Aceh. Namun meski tamu-tamu mereka kebanyakan berasal dari relasi Sherly, bukan berarti mereka tidak bisa berkencan di luar kenalan sang mucikari.
Seperti dikatakan Sherly, hubungannya dengan mereka tidak terikat. Jadi kalau mereka butuh uang akan menghubungi Sherly. Begitupun sebaliknya, Sherly akan menghubungi salah satu diantara mereka bila ada relasinya yang meminta layanan kencan.
Dengan kata lain, otoritas Sherly terhadap PSK binaanya tidaklah mutlak. Sebab fungsi waria asal Medan ini tidak lebih sebagai perantara. Adapun keputusan harga atau kesiapan melayani ada di tangan PSK tersebut. Untuk harga per sekali kencan, tarif mereka berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung negosiasi.
Jika harga sepakat, Sherly hanya mendapatkan komisi dari relasinya atau PSK tersebut. "Paling-paling saya dapat komisi sekadar untuk mengganti pulsa saja dan transportasi," ujar Sherly tanpa menyebut angka komisi yang ia dapatkan. Tapi biasanya, lanjut Sherly, para PSK itu akan memberikan persenan paling tidak 20 persen dari bayaran mereka.
Komisi itu sudah termasuk jasa untuk mengamankan PSK atau pelanggan dari operasi Wilayatul Hisbah (polisi syariat Aceh). Sebab, kata Sherly, dirinya banyak mengenal oknum TNI/Polri maupun WH di Banda Aceh. "Kalau ditangkap WH bilang saja ke saya. Nanti saya yang urus," jelas Sherly sambil menunjukkan foto-fotonya bersama beberapa pria berambut cepak.
Pastinya Sherly merasa enjoy dan aman-aman saja melakukan bisnis sampingannya sebagai mucikari di daerah yang menerapkan syariat Islam. Alasannya, semua aturan yang ada dapat diatasi dengan uang. Apalagi omset yang ia dapat sangat lumayan. Sebab dalam sehari-semalam, paling sedikit lima PSK 'binaan'-nya dapat pelanggan.
Untuk menjaga omsetnya, Sherly gencar melakukan pendekatan pada karyawan-karyawan hotel yang ada di Banda Aceh. Langkah Ini sebagai upaya memeperluas jaringan pelanggan. Paling tidak, trafik permintaan layanan kencan dari pria hidung belang bisa tetap terjaga.
sumber ; http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/26/time/091241/idnews/962669/idkanal/10#econ
No comments:
Post a Comment