Tuesday, July 22, 2014

Apa itu TRA dan LeS MoU dan siapa pendirinya

Hingga Insiden Laweung
Irman I. Pangeran
Irman I. Pangeran
22 July 2014 - 16:28 pm
Yang aktif 30 ribu orang, tersebar seluruh Aceh, luar dan dalam negeri, termasuk di dalam LP (Lembaga Pemasyarakatan).
 39  0 Google +1  0


“INI ada Murdani Pimpinan TRA (Tim Relawan Aceh), besok selesai salat Dhuhur dia ingin konfrensi pers di Lhokseumawe,” kata seorang pemuda kepada saya lewat telpon seluler, Senin, 21 Juli 2014, malam. Pemuda itu oleh teman-temannya dipanggil “Singa Pase”. Saya kenal dia sebagai mantan kombatan. Kepada saya  sehari sebelumnya, “Singa Pase” mengaku bukan bagian dari TRA, ia sebatas teman Murdani.
Esoknya/Selasa sekitar pukul 13.10 WIB, “Singa Pase” kembali menelpon untuk memberitahukan saya bahwa Murdani menunggu di Wisma Kuta Karang Lama, Lhokseumawe. Saya tiba di wisma itu sekitar 13.40 WIB. “Singa Pase” menyambut saya dengan senyum lebar. Ia duduk di sebelah kanan seorang pria berkacamata yang tengah berbicara dengan seorang wartawan, Ferizal.
Pria berkacamata memakai kemeja hijau lengan pendek kemudian saya ketahui adalah Murdani. “Ini rupanya Murdani,” batin saya. Ketika saya menyodorkan tangan untuk bersalaman, Murdani menyambutnya dengan memalingkan muka sambil terus berbicara dengan Ferizal yang lebih dulu tiba di sana. Rupanya, Murdani dan Ferizal sudah saling kenal sejak keduanya masih beraktivitas di Jakarta.
Saya sendiri baru kali ini berjumpa dengan Murdani. Sebelumnya saya hanya mendengar nama Murdani sebagai pimpinan Lembaga Sosialisasi Memorandum of Understanding (LeS MoU). Sebagian wartawan lainnya di Lhokseumawe sudah kenal dengan pria ini sebab pernah meliput kegiatan LeS MoU. Terakhir acara di Lapangan Hiraq pada November 2013.
Melalui bantuan “Singa Pase”, saya kemudian mengetahui Murdani kelahiran 3 Maret 1966 di Desa Riseh Baroh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Tahun 1990, Murdani hijrah ke Jakarta dan pulang ke Aceh pada 2007. Kegiatan Murdani sejak 1990 sebagai aktivis bidang sosial dan kemanusian. Beberapa tahun setelah pulang ke Aceh, ia lantas mendirikan LSM LeS MoU. Ia juga Ketua Umum Aliansi Aspirasi Rakyat Meudaulat (Alaram). Murdani mengaku sudah hampir 24 tahun menggeluti LSM, dan termasuk pencetus Forum Betawi Rempug (FBR). 
Lima menit setelah saya tiba di Wisma Kuta Karang Lama Lhokseumawe, giliran Munir, wartawan salah satu media, bergabung bersama kami. Ketika Munir menyodorkan tangan untuk bersalaman, ternyata Murdani juga menyambutnya dengan memalingkan wajah. Saya jadi teringat dengan pernyataan seorang tokoh asal Aceh yang besar di Jakarta, “Jika Anda orang Aceh kalau bersalaman dengan siapa pun harus berani beradu pandangan, tatap mukanya”.
Sambil menunggu beberapa wartawan lainnya yang masih dalam perjalanan menuju tempat ini, saya dan Munir memanfaatkan waktu luang untuk berbincang-bincang dengan Murdani. Semangatnya berapi-api. Nada suaranya seperti petir. Perbincangan kami, tanya jawab, sekali-kali diselingi tawa kecil sebab beberapa keterangan Murdani terkesan unik dan aneh. Kami berbincang tentang LeS MoU dan TRA, kemudian soal insiden di Laweung, Pidie.
Saya ingin mewartakan kepada Anda, pembaca ATJEHPOST.com hasil perbincangan kami dengan Murdani dalam bentuk tanya jawab. Berikut petikannya:
Apa sebenarnya misi LeS MoU dan TRA yang Anda pimpin?
Visi Misi nyoe hai (Murdani menunjukkan buku saku berisi MoU antara Pemerintah RI dan GAM). Nan mantong Lembaga Sosialisasi, LeS MoU. Kamoe kon dayah, majelis taklim, pengajian. Lembaga Sosialisasi MoU, memang dari badan hukumnya untuk tujuan sosialisasi supaya orang Aceh tahu dan diimplementasikan. Sedangkan TRA adalah ibarat Satgas (satuan tugas). Kami punya struktur wilayah sampai tingkat gampong.
Berapa orang relawan atau anggota TRA saat ini?
Yang aktif 30 ribu orang, tersebar seluruh Aceh, luar dan dalam negeri, termasuk di dalam LP (Lembaga Pemasyarakatan).
Bagaimana sistem rekrutment relawan itu?
Tidak ada, mana mau orang (direkrut).
Kalau tidak diajak dan direkrut mana mungkin ada relawan sampai 30 ribu orang?
Nyoe keuh nyang dipeugah le gop luar biasa, lon hana pernah ku pakat. Meuturi-meuturi, karna but, dikalon. Nyan ban pakat, soe keuneuk pakat dep nan, dibloe bajee keudroe, dum peu dibiayai keudroe jih, soe keuneuk pakat jameun jinoe.
Mungkin ada (yang mengajak dan merekrut), jangan sama saya ditanya, sama koordinatornya. Dia yang cari anggotanya. Maka saya bilang tadi struktur.
Bek tanyoeng bak lon, lon meu sidroe mausia tan ku pakat, dan untuk ketemu ngon lon mantong, payah. Nyan korban (insiden Laweung) hana meurumpok nye hana kujak u rumoh saket. Han jeut menghadap lon langsong, dipeucat le kumandan jihNyang dikagum digop nyoe keuh nyoe bak TRA.
Jadi relawan-relawan itu tidak kenal dengan Anda? 
Kenal-lah, sudah dilihat.
Untuk bertemu langsung dengan Anda?
Tidak bisa. Makanya tanya pada saya struktur biar Anda tahu.
Ya, bagaimana struktur TRA? 
Bahasa gasa jih beunoe, Les MoU, Lembaga Sosialisasi MoU. Lambang merpati putih. Merpati putih kan dua sayap. Seperti sayap merpati putih itulah sayapnya lembaga ini. Sayap yang satu struktur LeS MoU mulai dari DPP, DPW dan seterusnya. Sayap satu lagi kami namakan Tim Relawan Aceh, TRA.
Ini kita bicara merpati yang terbang.
(Mendengar itu, saya dan Munir sempat tertawa kecil, Murdani pun tersenyum).
Kita memilih merpati, filsafatnya: “Seekor merpati putih yang terbang menjelajahi dunia memberi kabar tentang bumi Aceh”. Nyan bak badan hukum. Bukan merpati yang Anda anggap menempel di sini (dinding).
(Murdani kemudian menulis/menggambar struktur LeS MoU pada kertas buku miliknya)
DPP, DPW, DPC, DPG, tapi jabatannya beda. Untuk DPW ketuanya kami namakan Kawi (Ketua Wilayah). Tingkat Kecamatan, Kedah. Tingkat gampong Keupong.
Sayap satu lagi TRA. Strukturnya mengikuti struktur Alquran. Tingkat pertama namanya stratak terdiri 30 personil sesuai jumlah juz Alquran. Tiap-tiap personil harus mampu hafal quran satu juz.
Siapa pengujinya?
Saya.
Tidak ada tim ahli yang menguji?
Tidak ada, tidak bisa saya percaya.
Struktur di bawahnya lagi?
Di bawah itu, ada struktur kami namakan Staf terdiri 114 personil merujuk jumlah surah dalam Alquran. 114 ini sebagai koordinator, tiap-tiap koordinator saya wajibkan personilnya minimal 20 orang, maksimal tidak ada batas. Ada yang sudah 420 anggota di bawah Staf Arrahman. Jadi nama struktur Staf, tapi perannya koordinator karena ada anggota yang dikoordinasikan. Di bawah Staf kami sebut Inti, terdiri 6.666 orang koordinator merujuk jumlah ayat (Alquran). Selesai.
Hubungannya dengan LeS MoU, TRA bertanggung jawab kepada LeS MoU?
Ya lah. Drs. Murdai, M.A., sebagai ketua umum LeS MoU mengangkat saudara Drs. Murdani, M.A., sebagai Presiden TRA. Saya angkat diri saya. Kon jeut cit lon ku angkat gop, ha ek kuh lon ha ku pecaya. 
(Mendengar itu, kami pun terkekeh).
Siapa lebih dulu lahir LeS MoU dengan TRA? 
Duluan lahir LeS MoU dari TRA. LeS MoU lahir sekitar tahun 2011, TRA sekitar setahun kemudian (2012).
Markas TRA di mana?
Markas Besar TRA di Matang Glumpang Dua (Bireuen), ada papan namanya.
Markas LeS MoU?
Banda Aceh, di sana kantor pusatnya. TRA juga di sana pusatnya karena saya presidennya. (TRA) tiap kabupaten/kota ada posko induk, dan ada posko unit tingkat kecamatan. Jadi TRA tidak punya kantor, tapi markas besar dan posko induk dan unit.
Sumber dana TRA?
Hana, dibiayai keudroe le maseng-maseng anggota. Baje dibloe keudroe dumpeu dibloe keudroe.
Kalau ada acara di suatu tempat, anggota kita bawa air sendiri. Bayangkan pada abad modern ini ada nenek masih bawa air dengar pidato presiden (TRA) seperti saat acara di Lapangan Hiraq (Lhokseumawe).
Acara di Pidie Jaya habis uang 1,7 juta. Di Lapangan Hiraq, juga seperti itu. Tidak banyak. Kalau orang buat acara habis 200 juta.
Jadinyan (Murdani kembali menunjukkan buku saku berisi Mou Helsinki). Tidak ada misi lain. Misalnya, Anda anggota TRA, bicara soal dagang, itu pribadi di luar TRA. Anda menjadi dosen, itu profesi Anda. Ketika Anda TRA, ya TRA.
+++
(Perbincangan saya dan Munir dengan Murdani terhenti sejenak karena sudah tiba sejumlah wartawan lainnya untuk mengikuti konferensi pers TRA tentang insiden Laweung).
Berikut petikan wawancara saya dan wartawan lainnya dengan Murdani tentang insiden Laweung:
Bagaimana latar belakangnya hingga TRA berada di Laweung dan kemudian terjadi insiden pada hari Jumat kemarin?
Latar belakang peristiwa Laweng berdarah. Ada anggota TRA asli Laweung diusir dan diancam akan digantung kalau masuk TRA.
Siapa nama anggota TRA itu?
Saya tidak ingat. (Jumlahnya) sekira belasan oranglah. (Diusir) dengan tuduhan yang saya tidak mengerti, tidak jelas. Pas keluar dari Laweung, kami laporlah kepada pihak kepolisian. Pertama kepolisian Bireuen, karena mabes (markas besar) kita di Bireuen, untuk keamanannya orang TRA yang diusir, diungsikan kumpul di Bireuen.
Tiba di Polres Bireuen, malam. Kata petugas, itu bukan wilayah hukum kami. (Anggota TRA) pulang, kami tampung lagi. Saya sampaikan, menampung orang (yang mengungsi) begini juga resiko. Saya ambil sikap, aneh kalau mengungsi di negeri sendiri, maka bawa laporan ke Polres Pidie sesuai petunjuk pihak Polres Bireuen. Datang kita ke Polres Pidie, sekitar jam dua siang, melapor, bagaimana ini, warga di wilayah bapak (polres) diusir (dari kampungnya), kebetulan warga itu anggota TRA. Soal persoalan tolong diselesaikan. Tidak diopenin, itu masalahnya.
Tidak digubris oleh polisi?
Tidak, kalau digubris tidak kejadian kami harus antar begini, 30 orang bayangkan. Kemudian kami pulang duduk rapat cari solusi. Kenapa tidak digubris (oleh polisi) saya tidak ngomong, nanti kita lihat di pengadilan, supaya kita tegakkan hukum.
Hasil rapat sepakat untuk antar anggota TRA ke Laweung. Sewa moto, inong agam jak intat saudara tanyoe, jok bak ureung gampong, ka geupeugah phon jeut, jok pulang, rakyat gop.
Kita sebagai anggota TRA terima, tapi yang punya gampong, terima? (Sampai di Laweung) rupanya ada yang provokasi sampai di situ (sehingga terjadi bentrokan). Memang ini grand skenario, ya, ada konspirasi. Siapa, silahkan investigasi ke lapangan.
Konspirasi seperti apa?
Itu harus diinvestigasi. Kalau mau tahu hari ini, datang ke lapangan tanya sama saksi langsung.
Kalau ada konspirasi, menurut Anda, apa kepentingannya?
Ada, ada latar belakangnya. TRA sudah besar sekarang. Orang bengong kok (TRA) bisa mengumpulkan manusia sebanyak itu. Beli baju sendiri, ongkos sendiri, tidak ada orang yang mampu seperti itu.
Sebagai Presiden TRA, Anda pasti mendapat laporan dari bawahan soal insiden itu?
Benarlah, makanya saya bilang ada konspirasi, kalau tidak saya tidak bisa mengambil kesimpulan. Anda ingin tahu, silahkan bicara langsung dengan saksi.
Baik, anggota TRA tidak diterima di Laweung karena persoalan apa?
Itu nggak jelas. Saya kan nggak tahu Laweung.
Soal tuduhan aliran sesat?
Dituduha aliran sesat oleh orang itu. Sesat nggak sesat saya kan nggak ada kepentingan bagi saya. Sesat nggak sesat itu urusan orang itu, antara orang yang menuduh dengan yang dituduh. Kebetulan yang dituduh anggota kita.
Menurut Anda, apa betul anggota TRA menganut aliran sesat?
Saya harus berpendapat secara hukum. Apa definisi sesat. Secara agama, Alquran mengatakan, siapa saja yang menuduh orang lain sesat, itu pasti sesat. Untuk mencari orang sesat bukan dari orang belajar apa. Kalau dia tuduh orang lain sesat, tangkap, karena Anda menuduh.
Menurut UUD 45, tidak ada satu pun yang bisa disebut sesat. Apalagi akibatnya begini. Anda tahu apa aliran sesat. Saya tidak mengerti, karena lembaga ini tugasnya ini (Murdani menunjukkan buku saku berisi MoU Helsinki). Di luar ini, orang mau ke laut, ke mana, itu di luar lembaga. Visi misi kami ini, namanya saja Lembaga Sosialisasi MoU.
(Konferensi pers terhenti sejenak, tiba-tiba datang seorang pria tua dari pihak hotel/wisma dan mengatakan, bek rayeuk that neu meusu, lakee meuah”. Lalu Murdani pun minta maaf. Ia kemudian mengecilkan volume suaranya).
Jadi kalau ada anggota TRA yang bekerja di luar lembaga ini?
Itu pribadi, dan kita tidak perlu tahu itu. Seperti saya katakan tadi, Anda menjadi dosen, silahkan. Dan saya tidak punya wewenang membatasi manusia untuk menuntut ilmu, atau melarang anggota TRA, siapa tahu Anda orang hebat.
Sebelum terjadi bentrokan, kabarnya aparat keamanan sempat melarang agar anggota TRA tidak masuk ke sana?
Ngak, nggak ada. Sudah dipersiapkan batu-batu, kumpul di meunasah …. Siapa saja yang terlibat, nanti di pengadilan Anda lihat, … ada gambarnya sama kami, karena saksi nggak ada orang lain. Saksi dan bukti orang saya, lari dikejar. (Siapa saja yang terlibat) jangan sama saya Anda tanya itu, tanya sama saksi.
Langkah TRA saat ini terkait insiden itu?
Saya wawancara dulu orang saya, korban, kamu digituin bagaimana ceritanya. Ceritakan semua, saksi hanya kalian. Setelah mengumpulkan keterangan, saya panggil pengacara saya di Jakarta, kemudian kita laporkan ke polisi juga.
Ada berita bahwa enam anggota TRA disyahadatkan kembali, apa betul?
Itu nggak mengerti saya. Itu kan sebelum ini (insiden).
Pascakejadian?
Ngak-ngak tahu saya. Tanyong bak awak nyan, tanyong bak pelaku. Yang bilang sesat, tanyong bak awak nyan.
Boleh dijelaskan lebih dalam, hubungan TRA dengan LeS MoU?
TRA seperti Satgas. Satgas LeS MoU. Namanya relawan, sasaran kita kalau ada bencana. Bukan ketika setelah ada bencana baru bentuk relawan. Itu salah. Kalau tidak ada bencana, alhamdulillah. Maka siapkan payang sebelum hujan.
Dari tadi Anda menunjukkan buku berisi MoU Helsinki, menurut Anda implementasinya di Aceh sampai sejauh ini bagaimana?
Saya tidak mengatakan bahwa belum jalan. Salah juga saya.
Jadi
Yang paling penting, kita berusaha, kita dorong Pemerintah Pusat, DPRA, DPRK, semuanya.
Apakah saat ini LeS MoU atau TRA berafiliasi dengan lembaga atau partai politik tertentu?
LeS MoU dideklarasikan oleh PA (Partai Aceh), Ketua DPRA rekomendasi, tapi apa kata DPRA. Jadi dari situ kehadiran kami bukan sebuah lelucon ketika mereka pura-pura tidak tahu.
Sekarang kami independen, kembali kepada AD/ART. Kami tidak berpartai politik, tetapi hak politik TRA siapapun tidak bisa melarang. Harus betul-betul pintar politik, malah saya didik karena ini calon-calon pemimpin semua.[]

- See more at: http://atjehpost.com/articles/read/8090/Mengenal-Murdani-LeS-MoU-dan-TRA-Hingga-Insiden-Laweung?utm_source=twitterfeed&utm_medium=facebook#sthash.RBx4H0S6.dpuf

No comments:

Post a Comment